Mahasiswa Solo Serukan Golput di Pilgub Jateng
Mahasiswa demo ajak masyarakat golput di Pilgub Jateng (Bramantyo/Okezone)
SUKOHARJO - Puluhan mahasiswa di Solo, Jawa
Tengah, mengajak warga untuk tidak memilih salah satu kandidat atau
golput dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) yang
berlangsung 26 Mei mendatang.
Alasannya, mereka yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebaskan Daerah Solo Raya menilai sistem demokrasi di Indonesia tidak efektif dan hanya membuang uang negara.
Dalam aksinya, massa membawa spanduk bertuliskan "Pesta demokrasi sama dengan pemberi harapan palsu," dan "Demokrasi sistem gagal."
Koordinator aksi, Johny Katikno, mengatakan, sistem demokrasi saat ini taidk bisa disamakan dengan sistem musyawarah mufakat, karena keputusan yang diambil sekarang adalah keputusan mayoritas.
”Kami tidak mencari pemimpin yang terbanyak pemilihnya, tetapi yang terbaik. Itu tidak dapat ditemukan jika masih menggunakan sistem demokrasi seperti ini. Jadi kami pastikan pilgub Jateng besok akan golput,” jelas Johny di sela aksi demo di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (22/5/2013).
Aksi penolakan itu, lanjut dia, tidak hanya dilakukan di kawasan kampus UMS, tetapi juga akan digelar di Universitas Sebelas Maret serta bundaran Gladag.
”Ajang Demokrasi sama saja dengan ajang pemborosan uang negara. Untuk satu kali pesta demokrasi, uang negara yang dikeluarkan cukup banyak. Ini yang kita suarakan, agar masyarakat sadar dan mau kritis dengan ajang demokrasi yang hanya buang-buang uang negara,” imbuhnya.
Cara memilih pemimpin yang ideal, katanya, dengan cara musyawarah. Selain tak banyak memakan uang negara, cara itu akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang terbaik. Ketimbang anggaran itu dipakai untuk pemilihan bupati, gubernur maupun presiden, lebih baik dipakai untuk kepentingan lain yang mendesak.
”Seperti untuk membantu siswa yang putus sekolah. Itu jelas lebih tepat sasaran, bukan hanya dihambur-hamburkan seperti sekarang,” pungkasnya.
(ris)
Alasannya, mereka yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebaskan Daerah Solo Raya menilai sistem demokrasi di Indonesia tidak efektif dan hanya membuang uang negara.
Dalam aksinya, massa membawa spanduk bertuliskan "Pesta demokrasi sama dengan pemberi harapan palsu," dan "Demokrasi sistem gagal."
Koordinator aksi, Johny Katikno, mengatakan, sistem demokrasi saat ini taidk bisa disamakan dengan sistem musyawarah mufakat, karena keputusan yang diambil sekarang adalah keputusan mayoritas.
”Kami tidak mencari pemimpin yang terbanyak pemilihnya, tetapi yang terbaik. Itu tidak dapat ditemukan jika masih menggunakan sistem demokrasi seperti ini. Jadi kami pastikan pilgub Jateng besok akan golput,” jelas Johny di sela aksi demo di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (22/5/2013).
Aksi penolakan itu, lanjut dia, tidak hanya dilakukan di kawasan kampus UMS, tetapi juga akan digelar di Universitas Sebelas Maret serta bundaran Gladag.
”Ajang Demokrasi sama saja dengan ajang pemborosan uang negara. Untuk satu kali pesta demokrasi, uang negara yang dikeluarkan cukup banyak. Ini yang kita suarakan, agar masyarakat sadar dan mau kritis dengan ajang demokrasi yang hanya buang-buang uang negara,” imbuhnya.
Cara memilih pemimpin yang ideal, katanya, dengan cara musyawarah. Selain tak banyak memakan uang negara, cara itu akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang terbaik. Ketimbang anggaran itu dipakai untuk pemilihan bupati, gubernur maupun presiden, lebih baik dipakai untuk kepentingan lain yang mendesak.
”Seperti untuk membantu siswa yang putus sekolah. Itu jelas lebih tepat sasaran, bukan hanya dihambur-hamburkan seperti sekarang,” pungkasnya.
(ris)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar